Saturday, February 03, 2007

kenapa begini?

hidup bisa jadi menyenangkan. hidupku juga pernah menyenangkan. masih menyenangkan saat ini? mungkin saja.
manusia kadang tidak menyadari bahwa hidupnya begitu berarti. Aku manusia. dan itu sekarang yang aku alami..

sssssrrrrrrttt...
maksudnya ingin serius, tapi susah ngomong ber aku-aku.. lebih terbiasa ber gue-gue. tapi tetep ini hal yang menurutku serius.

entah kenapa, gue tiba-tiba inget quotes yang tenar banget jaman gue SMA dulu.
'Kalau emosi mengalahkan logika, kebayang kan gimana ruginya?'
Itu yang diucapin Cinta ke Rangga pas ngembaliin buku Aku-nya Rangga karangan Sumanjaya yang jatoh dan diambil Cinta [aiiihh,, mateee,, waktu itu jiwa abg gue tergila2 ama film ini.. haha! dan gue bolos pelajaran PPKn buat ngantri tiket di BIP dan tetep ga dapet tiket.. dasar remaja..]

kayaknya quotes itu merupakan salah satu kalimat yang selalu aku inget ampe sekarang -di ingatan bawah sadar aku -mungkin- mengingat aku adalah orang yang bermasalah dengan mengontrol emosi.

Temperamental.

mungkin itu kata yang cocok menggambarkan aku. ada kalanya aku merasa aku yang sekarang lebih baik dari dulu. lebih dewasa, dan -sedikit- lebih sabar. Tapi, ada kalanya juga ngerasa aku masih aku yang dulu. buruk sangka, pemarah, egois.. seolah kehidupanku gak berjalan, seolah umurku gak bertambah, seolah aku nggak hidup cukup lama di dunia ini untuk menyadari bahwa aku perlu berubah. Yang paling parah : seolah waktu dan kesempatan hidup yang diberikan buat aku selama ini nggak cukup untuk mengubah diri jadi lebih baik..
Selalu kalah oleh emosi sesaat, dan akhir-akhir -entah kenapa- ini semakin sering.

mungkin aku salah. BUKAN! Aku tahu aku salah. logika-ku tahu aku salah. bahkan aku menyadari ruginya. mungkin ini yang disebut menyesal? tapi, bahkan saat penyesalah itu datang, emosi-ku tetap nggak mengizinkan aku salah. ego-ku tetap nggak mengizinkan aku menyesal. harga diri-ku tetap nggak mengizinkan aku minta maaf.

lalu bagaimana dengan hati?
siapa yang dipilih hatiku saat ini? logikaku? emosiku? atau diam?
kadang-kadang hati jadi yang paling egois dari semuanya. jadi yang paling pengecut diantara semuanya. lebih pilih diam. lebih pilih abstain, supaya tidak dipersalahkan kalau nanti mengambil keputusan yang salah.

aku benci hatiku. setiap kali aku berusaha mencari jawab dari suara hati, hati yang pengecut ini diam saja. meninggalkan aku terombang-ambing diantara emosi dan logika.
lantas, buat apa kamu ada?
atau kamu memang sudah tidak ada?
aku yang terlambat menyadarinya?



-after a totally terrible day-

No comments: